#day10 Surat untuk Sang Waktu

Waktu,
Ini bukan surat cinta, ini bukan surat lamaran, ini juga bukan undangan. Ini sebuah surat tantangan.

Kata orang kau berjalan cepat, kata orang kau berlari. tak menunggu tanda tangan siapapun untuk terus menjalankan tugasmu. Tapi kadang kumerasa kau terlalu lambat. Sering ku mendahuluimu. Beberapa kali aku yg menunggumu. Tidak adil.

Kau juga yg menyebabkan hari, tanggal, tahun. Kau menciptakan kata besok, kemarin, bulan depan, tadi, nanti. Kadang orang menunggu “waktu yg baik” untuk melakukan sesuatu. Apakah kau tidak selalu baik? Kapan kau baik? Bagaimana cara tahunya?

Tapi, aku selalu menghargaimu. Aku selalu memaafkanmu jika kau terlambat. Itu semua memang caramu. Hm, semua bukan salahmu sepenuhnya. Kadang aku yg memilih terlalu cepat. Aku yg tidak sabar ketika kau memintaku bersabar. Karena sebenarnya, kaulah yg selalu “membuat semua indah pada waktunya” seperti dikatakan kitab Pengkhotbah.

Sekarang aku tidak akan mengeluh lagi. Aku percaya semua indah pada waktunya. Satu tantanganku: Bisakah kau mempercepat sebuah proses yg seharusnya panjang dalam hati seseorang yg kusayang? Dan kalau tidak bisa dipercepat, biarlah waktu prosenya tetap indah. Karena dia lebih berharga dari penantian. I know she’s worth the wait.

Terimakasih, waktu.

Leave a comment